Kamis, 12 Februari 2015

Crown All Star - Jadi Cheerleaders Mesti Kuat Fisik dan Sehat




Bandung - Siapa yang tidak tertarik melihat pertunjukkan cheerleaders dengan kostum istimewa yang terlihat mewah dan beraksi lincah mengikuti irama musik. Namun, terkadang orang-orang takut untuk bergabung di klub cheerleader karena gerakan-gerakan yang terbilang ekstrem.


Co-Captain klub cheerleaders Crown All Star Dede Yogi mengatakan hingga saat ini sulit meyakinkan para remaja atau orang tua untuk mengizinkan anak anaknya bergabung dalam tim atau klub cheerleader. Karena menurut Dede, cheerleader kerap dianggap terlalu berbahaya.

"Mungkin karena gerakan-gerakannya terbilang ekstrem dan kecenderungan cederanya cukup tinggi. Jadi masih banyak yang ragu untuk masuk cheerleader. Susah ngeyakininnya," ujar Dede.

Di Indonesia, cheerleaders memang dianggap sebagai olahraga ekstrem. Karena memadukan gerakan gymnastic dan akrobatik tanpa pengaman.

"Fasilitas di Indonesia memang tidak mendukung. Kalau di luar negeri mereka latihan menggunakan matras yang empuk. Kalau di sini ya langsung kena lantai. Harusnya minimal pakai karpet puzzle," tutur Dede.

Cheerleading terdiri dari beberapa rangkaian rutin. Yakni patner stun, piramid, gymnastic, dance, dan tentunya cheers and chance. Seorang cheerleader bisa dikatakan master jika sudah bisa melakukan gerakan single base (berdiri dengan satu kaki yang bertumpu pada telapak tangan lengan rekannya-red).

"Cheerleader itu tidak hanya gerakan tarian saja. Karena dipadukan gerakan gymnastic juga. Tapi basic dari semua sih harus bisa stun," kata Dede.

Bagi yang ingin bergabung dengan Crown All Star, tidak perlu khawatir. Karena semua teknik yang diajarkan di klub ini sesuai peraturan yang telah ditetapkan Indonesian Cheerleaders Association (ICA).

"Kita ada rulesnya, ada handbooknya juga. Tapi pada intinya selama melakukan teknik dengan benar, cedera bisa dihindari," ujar Dede.

Untuk menjadi pelatih cheerleader butuh 1 tahun belajar di klub Crown All Star. Baru setelah itu mengikuti ujian judge coach yang bertaraf internasional.

"Pada 2010 kemarin dari kita ada 7 orang yang ikut judge coach. Tapi sertifikatnya belum keluar karena prosesnya juga cukup lama. Yang mengujinya langsung dari Amerika," ujar Dede.

Hingga kini kebanyakan masyarakat masih menganggap cheerleaders hanya sebagai tarian saja. Padahal untuk menjadi seorang cheerleaders dibutuhkan fisik yang kuat layaknya olahragawan.

"Syarat untuk menjadi seoarang cheerleaders itu fisik yang kuat dan sehat. Karena kan gerakan-gerakan kita itu bisa dibilang ekstrem," tutur Dede.

Crown All Star latihan setiap hari Selasa, Jumat dan Minggu. Namun jika sedang mempersiapkan untuk lomba, mereka biasanya latihan setiap hari.

"Kendalanya sih menyesuaikan jadwal. Karena kan kita anggotanya kuliahnya beda-beda, waktunya kadang ga sama. Tapi ya sejauh ini saling ngalah aja untuk kepentingan bersama," ungkap Dede.

Pengalaman bersama cheerleaders Crown All Star dirasakan Andika Pratama (19). Mahasiswa Unpad jurusan Sastra Jerman ini tidak malu bergabung di Crown All Star. Meski  terkadang seorang anggota cheerleaders laki-laki kerap diremehkan.

"Banyak yang ngeremehin sih. Tapi di sini kita bisa ngebuktiin ke orang orang kalau kita bisa. Coba mereka bisa tidak melakukan apa yang kita lakukan di sini," ujar Dika.

Dika juga senang saat timnya bisa menghasilkan sebuah prestasi. Meski ia juga tidak jarang terkena cedera. "Selain itu honornya juga bisa nambah nambah uang jajan sendiri, tidak perlu minta orang tua," tutur Dika.

Tidak perlu mengeluarkan biaya tinggi untuk bergabung dengan klub ini. Untuk pendaftaran, hanya membayar 2 bulan uang kas di muka. Berminat? Bisa follow akun twitter mereka @crownallstar atau facebook mereka Crown All Star. Kebetulan bulan ini mereka sedang open recruitment untuk angkatan baru.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar