Bandung - Siapa yang tidak tertarik melihat pertunjukkan cheerleaders dengan kostum istimewa yang terlihat mewah dan beraksi lincah mengikuti irama musik. Namun, terkadang orang-orang takut untuk bergabung di klub cheerleader karena gerakan-gerakan yang terbilang ekstrem.
Co-Captain
klub cheerleaders Crown All Star Dede Yogi mengatakan hingga
saat ini sulit meyakinkan para remaja atau orang tua untuk mengizinkan anak
anaknya bergabung dalam tim atau klub cheerleader. Karena menurut
Dede, cheerleader kerap dianggap terlalu berbahaya.
"Mungkin
karena gerakan-gerakannya terbilang ekstrem dan kecenderungan cederanya cukup
tinggi. Jadi masih banyak yang ragu untuk masuk cheerleader. Susah
ngeyakininnya," ujar Dede.
Di
Indonesia, cheerleaders memang dianggap sebagai olahraga
ekstrem. Karena memadukan gerakan gymnastic dan akrobatik
tanpa pengaman.
"Fasilitas
di Indonesia memang tidak mendukung. Kalau di luar negeri mereka latihan
menggunakan matras yang empuk. Kalau di sini ya langsung kena lantai. Harusnya
minimal pakai karpet puzzle," tutur Dede.
Cheerleading
terdiri dari beberapa rangkaian rutin. Yakni patner stun, piramid, gymnastic,
dance, dan tentunya cheers and chance. Seorang cheerleader bisa
dikatakan master jika sudah bisa melakukan gerakan single base (berdiri
dengan satu kaki yang bertumpu pada telapak tangan lengan rekannya-red).
"Cheerleader
itu tidak hanya gerakan tarian saja. Karena dipadukan gerakan gymnastic juga.
Tapi basic dari semua sih harus bisa stun," kata Dede.
Bagi yang
ingin bergabung dengan Crown All Star, tidak perlu khawatir. Karena semua
teknik yang diajarkan di klub ini sesuai peraturan yang telah ditetapkan
Indonesian Cheerleaders Association (ICA).
"Kita
ada rulesnya, ada handbooknya juga. Tapi pada intinya selama melakukan teknik
dengan benar, cedera bisa dihindari," ujar Dede.
Untuk
menjadi pelatih cheerleader butuh 1 tahun belajar di klub
Crown All Star. Baru setelah itu mengikuti ujian judge coach yang
bertaraf internasional.
"Pada
2010 kemarin dari kita ada 7 orang yang ikut judge coach. Tapi
sertifikatnya belum keluar karena prosesnya juga cukup lama. Yang mengujinya
langsung dari Amerika," ujar Dede.
Hingga
kini kebanyakan masyarakat masih menganggap cheerleaders hanya sebagai tarian
saja. Padahal untuk menjadi seorang cheerleaders dibutuhkan
fisik yang kuat layaknya olahragawan.
"Syarat
untuk menjadi seoarang cheerleaders itu fisik yang kuat dan
sehat. Karena kan gerakan-gerakan kita itu bisa dibilang ekstrem," tutur
Dede.
Crown All
Star latihan setiap hari Selasa, Jumat dan Minggu. Namun jika sedang
mempersiapkan untuk lomba, mereka biasanya latihan setiap hari.
"Kendalanya
sih menyesuaikan jadwal. Karena kan kita anggotanya kuliahnya beda-beda,
waktunya kadang ga sama. Tapi ya sejauh ini saling ngalah aja untuk kepentingan
bersama," ungkap Dede.
Pengalaman
bersama cheerleaders Crown All Star dirasakan Andika Pratama
(19). Mahasiswa Unpad jurusan Sastra Jerman ini tidak malu bergabung di Crown
All Star. Meski terkadang seorang anggota cheerleaders laki-laki
kerap diremehkan.
"Banyak
yang ngeremehin sih. Tapi di sini kita bisa ngebuktiin ke orang orang kalau
kita bisa. Coba mereka bisa tidak melakukan apa yang kita lakukan di
sini," ujar Dika.
Dika juga
senang saat timnya bisa menghasilkan sebuah prestasi. Meski ia juga tidak
jarang terkena cedera. "Selain itu honornya juga bisa nambah nambah uang
jajan sendiri, tidak perlu minta orang tua," tutur Dika.
Tidak
perlu mengeluarkan biaya tinggi untuk bergabung dengan klub ini. Untuk
pendaftaran, hanya membayar 2 bulan uang kas di muka. Berminat? Bisa follow
akun twitter mereka @crownallstar atau facebook mereka Crown All Star.
Kebetulan bulan ini mereka sedang open recruitment untuk angkatan baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar